
Sugeng rawuh kanca-kanca! Piye kabare?
Kalian udah pernah denger pepatah “Ketan ing Lesung” belum? Ternyata pepatah ini sering digunakan untuk menggambarkan kekentalan dan keberlanjutan kebudayaan Jawa lho. Nah! ngomong-ngomong soal budaya Jawa, sejak seminggu lalu tepatnya pada hari Kamis (19/10/2023), Bapak Sumarno atau yang kerap disapa Pak Marno kini mengajar sambil menguri-uri budaya Jawa. Udah pada tahu belum kekayaan budaya apa yang dikenalkan Pak Marno kepada murid-muridnya? Yeayy, betull!! Wayang!
Hayoo, penasaran kan apa aja yang diajarkan Pak Marno? Nah, langsung aja dikupas tuntas, slebeww. Jadi, sejak Kamis (19/10/2023) Pak Marno mengajak kelas X IPS 3 pergi ke ruang gamelan. Di sana, para muridnya diajak untuk mengenal cerita lahirnya “Pandhawa Lima.” Ga cuman Kamis kemarin menyimak cerita asyik Wayang yang dipersembahkan oleh Pak Marno. Kamis (26/10/2023) pun kembali lagi nih Pak Marno mengajak mengenali Wayang dengan tajuk “Lahire Gatotkaca”
Kenapa ya cerita Gatotkaca ini sangat berkesan bagi Pak Marno? “Karena Gatotkaca ini lahir dari seorang ksatria dalam keadaan cacat dan tali pusarnya tidak bisa di potong. Hal itu menjadi keanehan yang luar biasa sehingga menimbulkan banyak masalah. Kenapa saya memilih cerita ini? Karena Gatotkaca ini memiliki jiwa yang ksatria, dia rela mati demi negaranya,” ungkap Pak Marno.
Weruh ga sih, rek? Pak Marno belajar mendalang dari tahun 1992! Wah sekitar 31 tahun Pak Marno mendalami ilmu Wayang ini. Tentunya, 31 tahun bukanlah waktu yang singkat bagi Pak Marno untuk mendalami ilmu Wayang.

Pernah kepikiran ga sih? Kok bisa ya Pak Marno hafal puluhan cerita Wayang? Bahkan, hafal rentetan awal hingga akhir! Keren ga sih?! Yuk, coba kita tanya tips dari beliau!
“Simple aja sih, kita bisa belajar dengan sering-sering bercerita, menonton, membaca. Itu bisa membantu kita mengingat-ingat cerita wayang”
Banyak banget anak-anak yang tertarik lho rek sama Wayang ini! Sampe-sampe Pak Marno berencana mengadakan ekstra Wayang semester depan kalo banyak peminatnya! Wuhuuu, seru kannnn?
Wiiii! Menarik tenann yaa rekk. Saiki, yokk! ngrungokake sudut pandang saka arek kelas X IPS 2. “Ini pertama kalinya aku liat wayang. First impressionku sih wayang itu bagus banget apalagi kalau yang main wayangnya dapet feel-nya. Itu nontonnya bisa betah, ga bosen, dan kagum gitu. Kalo pelajaran yang aku dapetin dari kisah wayang tadi sih, sebaiknya kita jangan bersifat sombong karena roda kehidupan akan selalu berputar. Mungkin selama ini kamu selalu berada di atas tapi suatu hari kamu akan menemukan orang yang lebih baik daripada kamu,” ujar Angeline Wibisono.
Bener banget lho rekk! ternyata banyak juga yaa pelajaran yang bisa diambil dari kisah wayang ini. Hal ini mencerminkan bagaimana seni dalam pertunjukan wayang dapat memberikan pelajaran dan inspirasi tentang nilai-nilai kehidupan yang mendalam.
“Sepi ing pamrih, rame ing gawe” yang berarti dalam melestarikan budaya dan tradisi, yang terpenting bukanlah mencari keuntungan pribadi (pamrih), melainkan melakukan tindakan nyata (gawe) yang mempromosikan dan memelihara budaya.
Bunga iku katon ayu,
Arume wangi banget.
Nglestarekake tugas kang rahayu,
Ning budaya kita, jiwane tansah awet.
Nyuwun pamit yaa rek!!
Jurnalis:
Sherly Octavia Pangestu Kelas X IPS 2/25
Sevira Maria Angelica Putri Kelas X IPS 3/25
Foto:
Sherly Octavia Pangestu Kelas X IPS 2/25
Sevira Maria Angelica Putri Kelas X IPS 3/25


 
							
						    	 
							
						    	 
							
						    	 
							
						    	 
			 
			 
			


 
			 
			 
			


