Praktik Buat Makanan Tradisional di Pelajaran Biologi? Ngada-Ngada Aja!!

Hai guyss, jumpa lagi nih dengan kami di web Santo Paulus. Ngomong-ngomong, kami kemarin baru aja praktik biodiversitas dengan subbab fungi lho. Hayo tebak, kira-kira kami diajak praktik apa?

Nah, pada hari Jumat (15/03/2024) kelas X MIPA 4 sangat beruntung karena berkesempatan untuk berpraktik membuat tempe dan tape. Beneran praktik bikin makanan tradisional di pelajaran Biologi? Wah, kayaknya seru ya? Setelah Bu Dina ngasih tau tentang praktikum ini, semua anak jadi antusias banget lho!

Nah, sebelum praktik, pertama-tama, kami mempelajari tentang proses fermentasi yang dibutuhkan untuk membuat tempe dan tape. Kami belajar tentang pentingnya bakteri baik dan kondisi lingkungan yang tepat untuk memastikan agar produk fermentasi yang dihasilkan berkualitas. Lalu kami dibagi menjadi 6 kelompok, 2 kelompok bertugas membuat tempe, 2 kelompok membuat tape singkong, dan 2 kelompok membuat tape ketan. Bahan-bahan yang kami pakai pun tidak banyak, mulai dari kedelai, singkong, ragi, ketan, wadah untuk mengaduk, dan daun pisang.

Prosesnya nggak sesulit yang dibayangkan kok, teman-teman. Untuk membuat tempe, kalian hanya perlu mengupas kedelai dan mengukusnya selama 15-20 menit atau hingga kecokelatan. Lalu campur kedelai yang dikukus dengan inokulum tempe (Rhizopus oligosporus). Pastikan kedelai tercampur merata dengan ragi. Susun kedelai yang diinokulasi dalam tupperware dan beralaskan daun pisang. Biarkan fermentasi selama 48 jam pada suhu 30-35°C. Tara! Tempe olahan sendiri akan jadi dan tinggal kita santap!

Siapa sangka ya, ternyata ragi menjadi bintang utama di balik rahasia pembuatan tempe dan tape. Dengan penuh semangat dan kerja sama, kami memulai praktikum tanpa halangan, meski ada yang sempat gegabah ngaduk adonan ketan hingga nggak sengaja jadi klepon. Hahahaha … Tapi ngga pa-pa, yang penting masih ada jiwa semangatnya!

Gimana ya pendapat murid X MIPA 4 dari kegiatan ini? “Dari pembelajaran hari ini, saya jadi tahu bagaimana cara membuat tape singkong dan fungsi dari ragi. Selain itu, saya juga tahu bahwa ragi terdapat berbagai macam. Ragi untuk tape, ragi untuk tempe ternyata berbeda beda,” ujar Olivia saat ditanya oleh Jurnalis Sekolah.

Nah, setelah membaca artikel ini, gimana stigma kalian tentang proses belajar? Biasanya yang namanya belajar itu membosankan. Bener nggak teman-teman? Nggak banget kan? Buktinya, kami baru aja seru-seruan belajar bikin tempe, tape ketan, dan tape singkong kok. Kalo belajar kaya gini terus, kita bakal ngerasa kaya main-main aja! Jadi, temen-temen jangan pernah takut buat coba hal baru ya! Siapa tau, di balik belajar yang kita kira membosankan, ternyata ada keseruan yang nggak terduga! Sampai jumpa di artikel yang berikutnya. Bye … byee

Jurnalis:

Robbi Fadli Ari Seto Kelas X IPA 4

Foto:

Viona Valencia Kelas X MIPA 4