Rahasia Pengurus OSIS

“Pemimpin tidak dilahirkan, tetapi dibentuk lewat proses”

Sejak Kamis (11/12/2025) hingga Minggu (14/12/2025), calom para pengurus OSIS periode 2026 menjalani Pendidikan dan Pelatihan alias Diklat. Proses ini merupakan agenda awal sebelum mereka bertugas selama satu tahun ke depan. Berbagai pembekalan organisasi dan kepemimpinan wajib mereka jalani untuk membentuk karakter-karakter pemimpin yang melayani.

Secara garis besar, rangkaian diklat ini dirancang secara bertahap dan saling berkesinambungan. Hari pertama dan hari kedua difokuskan pada pembekalan materi. Hari ketiga menjadi ajang realisasi materi melalui penyusunan program kerja, dan hari terakhir ditutup dengan simulasi perjalanan program kerja. Tapi tentu saja, semua itu diawali dengan fondasi yang kuat di hari pertama.

Hari pertama diisi dengan berbagai materi dasar, mulai dari visi dan misi sekolah, struktur organisasi OSIS, hingga leadership. Peserta juga diajak untuk masuk pada sesi reflektif yang bertajuk “Siapa Aku? Who am I?” Nah, di sini para peserta tidak hanya belajar tentang organisasi, tapi juga mengenal diri sendiri sebagai calon pemimpin. Karena kepemimpinan itu bukan hanya soal memimpin orang lain, tapi juga mengelola diri sendiri.

Menjelang akhir hari, suasana berubah lebih hening lewat dinamika pribadi Silentium Magnum. Kegiatan ini dilangsungkan di area sekolah dengan penerangan lilin kecil di bawah sinar rembulan. Dalam sesi ini, peserta harus mengikuti clue untuk menemukan pembina yang tersebar di beberapa titik, seperti gazebo, depan ruang guru, aula, hingga GOR.

Nah, setelah menemukan pembina, peserta wajib menyelesaikan tugas sebagai tanda tantangan selesai. Jika lilin padam, mereka harus kembali ke ruang rapat untuk menyalakannya kembali. Permainan ini tentu saja menguji ketelitian dan kesabaran ya guys. Mengapa?? Karena permainannya sangat seru, mulai dari menghitung ribuan kacang hijau, menghitung vokal dalam teks berbahasa asing hingga menyusun bricks dengan cahaya minim. Capek? Iya! Bermakna? Pasti!

Memasuki hari kedua, peserta mulai dibekali materi teknis yang sangat dibutuhkan dalam kepengurusan OSIS. Materi pembuatan Proposal dan LPJ disampaikan oleh Ibu Dyah Kirana N., S.S., S.Pd., Surat-Menyurat oleh Bapak Alexander Sulistiawan J., S.Pd., serta Pengelolaan Konten Kreator dan Media Sosial oleh Bapak Samuel Inrik Zona P., S.Pd. Tidak berhenti di situ, pemateri dari Universitas Petra turut memberikan pembekalan mengenai Manajemen Diri dan Organisasi. Selain itu, peserta juga mendapatkan materi Event Organizer (EO) dari salah satu alumni SMA Katolik Santo Paulus Jember yang kini menjalankan usaha Elegance Event Organizer. Malam harinya, kegiatan dilanjutkan dengan Programming and Budgeting bagian 1.

Sekilas hari kedua terasa biasa saja. Tetapi di sinilah letak pembelajarannya. Saat makan malam, peserta hanya diberikan porsi makanan yang terbatas hingga beberapa tidak kebagian. Mereka diminta mencari solusi bersama. Solusi yang mereka dapatkan adalah membagikan makanan mereka ke teman yang tidak memiliki makanan. Setelah solusi ditemukan, muncul tantangan baru yaitu, panitia dan pembina justrru tidak mendapat makan. Situasi ini sengaja diciptakan untuk melihat empati dan respons peserta. Bahkan, panitia sempat hanya makan sayur kecambah. Hal ini tentu saja membuat suasana ruang makan menjadi sunyi. Lalu tak lama, kemudian makanan tambahan dikeluarkan dan peserta dipersilakan menambah. Mengejutkannya, hampir tidak ada yang mengambil. Bukan karena kenyang tapi karena adanya empati terhadap panitia. Dari sini, peserta belajar bahwa kepemimpinan bukan soal didahulukan, melainkan kepekaan dan kepedulian terhadap sekitar.

Hari ketiga dipenuhi dengan kegiatan penyusunan program kerja OSIS. Peserta bekerja sama merancang program kerja alias proker yang akan dijalankan selama satu periode ke depan. Malam harinya, dilaksanakan sidang pleno pemaparan Program Kerja OSIS tahun 2026. Meski terkesan formal dan tenang, ada banyak momen seru yang justru terjadi di sela-sela kegiatan, terutama saat makan pagi dan makan malam.

Pada sesi makan pagi hingga malam, kegiatan dirancang untuk membangun rasa persaudaraan dengan cara yang unik dan bermakna. Saat makan pagi, setiap meja yang berisi empat orang diwajibkan saling menyuapi, sehingga setiap peserta menyuapi tiga orang lainnya. Duduknya pun campur antara laki-laki dan perempuan dengan tetap menjaga batasan. Nah, tujuannya jelas, mematahkan anggapan bahwa laki-laki dan perempuan tidak bisa bekerja sama dalam satu tim. Sementara itu, pada sesi makan malam, peserta memiliki “malaikat pelindung” yang harus mereka perlakukan dengan baik selama makan, seperti mengambilkan minum. Di akhir sesi, peserta diminta menebak siapa malaikat pelindung mereka, dan ada lho strategi unik yang muncul. Salah satunya, peserta yang membawa toples kerupuk dan menawarkannya ke semua orang. Sederhana, tapi efektif untuk mencairkan suasana dan mempererat keakraban.

Pembasuhan kaki bentuk melayani

Pada hari pamungkas, rangkaian diklat ditutup dengan meditasi di depan patung Santo Paulus yang kemudian diikuti oleh simulasi ekstrem dengan mengeksekusi empat program kerja. Nah, saat itu, Pengurus OSIS 2026 dibagi menjadi empat kelompok dan ditugaskan untuk menyusun empat proker unik yang diberikan oleh para pembina, yakni konser artis kampungan, sunatan massal, talkshow bersama tokoh tidak penting, dan pertandingan peliharaan. Nah, keempat program kerja tersebut dilaksanakan selama 18 hari yang disimulasikan dalam waktu 180 menit. Dengan begitu, waktu 10 menit sama dengan satu hari. Nah, ​di tengah tekanan waktu ini, para pengurus OSIS 2025 bertugas menjadi troublemaker ulung. Mereka menghadirkan banyak masalah konyol, mulai dari tukang print yang mendadak ke Dubai hingga polisi yang menutup jalan karena karnaval ular. Ya, meskipun hanya satu program kerja yang terlaksana, semangat mereka tentu tak padam. Ujian terakhir mereka ialah melindungi api lilin dari para pengurus OSIS 2025 yang berperan sebagai haters mereka. Wihh sepertinya seru banget ya, guys! Upss, tak selesai di situ saja lho, diklat kemarin diakhiri dengan tradisi unik yang khas yaitu berupa pembasuhan kaki yang dilakukan oleh departemen inti kepada seluruh anggotanya.

Dari seluruh rangkaian diklat ini, satu hal menjadi jelas yaitu, menjadi pengurus OSIS bukan hanya soal jabatan, tapi tentang proses pembentukan karakter. Nah, dari kegiatan empat hari itulah, para pemimpin muda SMA Katolik Santo Paulus Jember ditempa dan dibentuk. Tidak instan, tidak mudah, tapi penuh makna. Selamat menjalankan tugas di periode berikutnya!!

Jurnalis:

Josephine Patricia Zendrato Kelas XI-2

Patricia Lorenza Handoko Kelas XI-3

Foto:

Sesilia Atyantika Kelas XI-7

Dokumentasi Panitia