4 Atlet Karate SMAK Borong Medali di Kejurnas 2023

Ohayō minasann! Kami kembali dengan kabar kemenangan para atlet SMAK Santo Paulus. Kali ini, kami akan mengulas berita dari cabang olahraga karate!

Pertandingan Kejuaraan Nasional Kyokushin Nakamura Open Friendship Cup II. Pertandingan digelar pada hari Minggu, 27 Agustus 2023 di Jember, Jawa Timur. Kategori pertandingan ditentukan berdasarkan usia, jenis kelamin, dan berat badan atlet. Mulai dari umur 9-11 tahun hingga 31 tahun ke atas, kurang dari 30 kg hingga lebih dari 80 kg. Sebanyak 172 peserta dari berbagai kota mengikuti lomba tersebut dan 4 di antara peserta yang terdaftar adalah murid SMAK Santo Paulus.

Illona Nerissa Arviana (XII IPS 2/13), atlet tertua di antara atlet lainnya. Ia telah mempelajari karate sejak 2019. Illona bertanding dalam kategori one match. Ini bukan kali pertama Illona berlaga di Kejurnas. Kali pertama Illona berlaga di kejurnas adalah pada tahun 2021.

Tau nggak kalian kalau latihan untuk mempersiapkan Kejurnas berbeda dengan latihan harian? Latihan untuk atlet yang mau bertanding jauh lebih berat. “Misal kalau latihan biasa squatnya cuma 50 kali, kalo buat atlet bisa sampe 300 atau sampe 400 kali,” ujar Illona. Wahh … ngeri banget ga sihhh??!

Mengapa mau ikut pertandingan sih? “Karena ingin menambah pengalaman dan berkenalan dengan orang baru,” ucap Illona. Sedangkan Darren berpendapat, “Soalnya pengen nyoba hal-hal baru. Temen-temen karateku itu pernah tanding semua. Jadi, aku juga pengen ikut dan ngerasain rasanya tanding”

Darren Rafael Adikaryo (XI IPS 3/04), atlet kategori putra 15-17 tahun 60+ kg. Awalnya Darren direkomendasikan oleh teman papanya tentang bela diri. Lalu, ia ikut karate private. Tepat saat awal pandemi, ia ikut ke dojo hingga sekarang. Kini Darren telah mendalami karate selama hampir 4 tahun. Ini adalah pertandingan dan pengalaman pertama Darren dalam Kejurnas.

Perjuangan Darren dalam kejurnas ini wajib diapresiasi. Dirinya berusaha keras demi mendapatkan kemenangan. Namun, hasil yang diraih juga harus dibayar mahal. Darren mengalami cedera pada bagian lengan kiri bawahnya saat bertanding di final. Darren berhasil meraih medali perak dalam pertandingan ini. Get well soon, Darren!

Edoardo Richie Chen (XI IPS 2/06), Edoardo menggeluti olahraga karate sejak kelas 5 SD. Namun, ia berhenti saat kelas 6 SD karena susah membagi waktu latihan dengan pembelajaran sekolah. Setelah hiatus beberapa tahun, ia memutuskan untuk kembali karate di kelas X SMA.

Pertandingan ini juga merupakan pertandingan perdananya. Edoardo bertanding dalam kategori 15-17 tahun 70+ kg. Menurut Edoardo, perasaan saat tanding campur aduk. Ada rasa gugup, ada rasa takut. Walaupun begitu, Edoardo tetap melanjutkan pertandingan.

Atlet berkacamata ini mengutarakan pendapatnya tentang ketertarikannya pada karate. “Karate merupakan seni bela diri dengan tangan kosong yang berarti memakai anggota tubuh sebagai senjata. Di karate saya belajar banyak hal positif, seperti sopan santun, menghormati orang yang pantas dihormati, menjauhkan diri dari kekerasan, membela yang benar, disiplin. Itu semua tertuang dalam Janji Dojo, ” ujar Edoardo. Ia juga berpesan, “Karate ga hanya melatih fisik tetapi juga melatih mental. Jalani dulu jangan takut akan latihan keras, karena latihan keras membentuk mental yang kuat.”

Mereka bertiga memiliki pengalaman karate yang beragam. Akan tetapi, terdapat satu atlet lagi, ia telah mempelajari karate selama 6 tahun. Baginya, ini bukan pertama kalinya ia mengikuti Kejurnas.

Keira Angkawijaya (XA2/19), sedikitberbeda dengan yang lain. Cewek yang satu ini telah mengikuti lima kali kejurnas. Pertandingan ini merupakan pertandingan yang kelima. Selama bertahun-tahun menggeluti olahraga karate, Keira berhasil mencetak prestasi hingga kancah nasional. Dia telah memenangkan 3 medali emas, 1 merali perak, dan 1 medali perunggu.

Awalnya, Keira sempat grogi saat mau bertanding. Grogi adalah hal yang wajar bahkan hingga berpikir “Gimana ya kalo kalah? Gimana ya kalo sampe cedera?” Pada akhirnya, Keira terus melanjutkan pertandingan. Ia melewati keadaan tersebut dengan percaya diri dan berdoa agar pertandingannya lancar. Semua hal yang terjadi sudah direncanakan oleh Tuhan, maka percayalah sepenuhnya pada Tuhan.

Nah, setelah membaca pengalaman dari teman-teman yang baru saja berlomba, kita semua tau kalau bibit unggul SMAK Santo Paulus memang sudah tidak perlu diragukan lagi. Buat temen-temen yang mau belajar karate, harus tetap semangat ya! “Karate tidak memiliki batasan usia, it’s never too late to start,” ujar Keira.

Bagi Darren, kami warga SMAK Santo Paulus ucapkan semoga cepat pulih sehingga dapat kembali beraktivitas seperti dulu lagi!

Jurnalis:

Richelle Valerie Caron Kelas X MIPA 1/24

Foto:

Richelle Valerie Caron Kelas X MIPA 1/24

Anantha Vincarosa Khoe Kelas X IPS 2/02