Katakan Ya untuk Kenal Budaya!!

Sugeng Rawuh kanca-kanca!

Pasti bagi sebagian murid yang mencintai budaya Jawa, sudah hafal sekali ya kalau setiap hari Kamis sepulang sekolah ada apa? Hah? Apa? Konser Denny Caknan? Atau malah konser Happy Asmara? Tebakan kalian salah, rek! Setiap hari Kamis sepulang sekolah di Ruang Gamelan ada “Pagelaran Wayang” yang tentunya dimainkan oleh dalang kondang SMAK Santo Paulus, yaitu Bapak Sumarno dan ditemani oleh Frater Yosef Ade Yudo Prakoso, O.Carm. Eitsss sudah tau dalang kan? Yupss! Seseorang yang memainkan wayang! Beliau terkadang bergantian bermain. Saat Bapak Sumarno berhalangan hadir, Frater Yudo dengan sigap akan siap menggantikan tugas beliau.

Pagelaran Wayang ini dilaksanakan di Ruang Gamelan setiap Kamis dan dimulai sekitar pukul 15.00 WIB. Siapa saja yang menghadiri yaa? Mereka yang meramaikan ialah teman-teman yang tertarik di bidang budaya terlebih budaya Jawa! Tujuan dari pelaksanaan ini ialah mengenalkan para murid pada budaya tradisional supaya kita pun dapat memetik pesan moral dari cerita wayang yang telah disajikan, memahami unggah ungguh basa yakni menempatkan bahasa kepada yang lebih muda dan lebih tua.

Bila lengkap, pagelaran wayang kulit biasanya dibuka dengan iringan talo. Lalu dilanjutkan dengan gendhing Jawa. Lalu dibuka dengan orientasi dengan mengenalkan tokoh wayang dan melanjutkan ceritanya! Namun sayangnya, setiap hari Kamis ini belum diiringi talo maupun gendhing Jawa karena teman-teman masih belum dapat mengiringi pagelaran ini. Walau tidak memakai iringan talo dan gendhing Jawa saja sudah bagus banget, apalagi jika memakai iringan nih pasti sangat epic! Wah jadi merinding ngebayanginnya.

Nah ada sound effect versi Jawa nih! Namanya keprak dan cempala. Keprak ini bunyinya crek-crek-crek terkesan agak cempreng gitu ya. Kalau cempala ini, bunyinya dok-dok-dok yang terkadang bikin kaget nih. Hahaha!

By the way, ada sebuah bentuk wayang yang sangat teramat penting dalam pagelaran seni ini loh! Bahkan sangat berjasa kalau dikata! Pasti kalian pada nggak asing sama bentuknya, karena bentuk wayang ini sangat iconic. Wayang itu bernama kayon atau gunungan. Wayang kayon atau yang kerap disapa gunungan ini melambangkan pergantian scene (latar cerita). Sebenarnya, tak hanya itu saja lohh! Kayon ini dapat menggambarkan apa saja yakni air, angin, petir. Wah apa saja deh! Bagaimana dengan ornamennya? Di dalam kayon tersebut terdapat ornamen tokoh Jawa yang termuat dalam satu cerita. Wah menarik ya baik secara bentuk dan ornamennya! Jadi, semakin bangga dengan budaya yang ada di Indonesia deh!

Wah kok wayangnya bisa nancep gitu? Pakai apa? Yupp, pakai jerami yang telah dikeringkan. Yang nyari jerami ini Bapak Sumarno sendiri lho. Sungguh sangat full effort banget, Bapak satu ini! Sebenarnya, biasanya menggunakan gedebog pisang atau pelepah pisang. Namun karena getahnya yang begitu banyak dan jika terlalu lama akan membusuk, maka beliau mengganti dengan jerami kering sehingga dapat bertahan lama!

Eh pernah kepikiran nggak? Apa cerita wayang favorit bapak Sumarno?

“Sebenarnya semua wayang itu menarik, apalagi kalau sudah paham silsilah wayang, apalagi yang membawakan menguasai cerita wayang dan kreatif membuat banyolan atau guyonan Jawa,” tutur Bapak Marno.

Wahh seru juga kan dapat tontonan gratis, nih! Apalagi ceritanya tentang unsur-unsur budaya dari cerita pewayangan. Kalian mau coba gak nih?? Sebelum itu, kita testimoni dulu yuk!

“Seru banget nonton wayangnya. Apalagi saat Pak Marno dan Frater Yudo sedang bercanda di tengah mewayang. Oh ya, yang paling menarik itu saat ada adegan berantemnya. Gokil sih, kayak ada akrobat gitu,” ujar Yohanes Emanuel Prasetyo dari kelas X IPS 3.

Pada mulanya, Yohan agak kesulitan dalam memahami bahasa Jawa yang digunakan. Untungnya, Pak Marno dan Frater Yudo mau menjelaskan secara ringkas isi ceritanya. Nah, kalian sudah tertarik belum? Yohan juga memberi saran nih agar tidak terkejut saat pertama kali menonton wayang. Hmm kira-kira ada apa yaa? Eitss nonton dulu dong!

Tetaplah menjadi warisan budaya, Wayang Indonesia. Kami muda-mudi Indonesia siap tuk melestarikannya!

Jurnalis:

Sevira Maria Angelica Putri Kelas X IPS 3

Patricia Danella Damayanti Kelas X IPS 1

Foto:

F.X. Darren Lie Kelas X MIPA 3

Dayvin Hubert Senjaya L. Kelas X MIPA 3